Tuesday, 26 August 2014

Stranger


Stranger


       Á            Hari itu dimana aku bertemu dengannya baju kotak-kotak dan kacamata yang hinggap di kedua matanya... sudut pandang “aneh” kata yang menggambarkan tentang dia...  seperti malaikat kecil tanpa dosa mengendarai motor dengan bermusik ria. ..

       Á            Malaikat yang tersembunyi adalah julukan yang tepat untuknya di kala waktu itu, membahuru di depan kampus menunggunya hanya demi kepentingan ego semata, hal lain yang membuat cerita ini menarik dia berlari kecil dan dunia mulai menampakan keindahan yang luar biasa? Ekspresi wajah yang tak akan terlupakan.

       Á            Aku adalah orang asing dimatanya dimata siapa pun yang mengenalnya. Menarik sapuan kecil dari bibirnya mampu mengundang banyak tanya? seperti kehabisan tinta dan menggores kertas dengan tinta sejuta warna pelangi selain tinta warna hitam.

       Á            Aku hanya menggangapnya sesuatu yang biasa, hal yang tak kan mungkin mengunggah dunianya walau itu mulai mengusikku. Malam dimana bintang berwarna kelam dan hanya bulan yang berwarna putih menemani hari dari tiupan arogan dunia.

       Á            Sedikit kata yang tumbuh ketika dia mulai datang dan menghampiri, seakan itu hal biasa, namun ada keganjalan yang meraba perasaan, apakah itu gundah? Tuhan tau bahwa hambanya adalah orang yang tak dapat menerima godaan lebih lama sebagaimana ia mengindahkan dunia hanya untuk cinta.

       Á            Malam itu bulan berwana terang putih selayak salju meski tak pernah melihatnya, namun kata yang terucap darinya adalah kata yang tak asing di telinga “aku ingin pergi ke bulan” sembari menunggu makan untuk perut yang meronta dipinggir jalan. Aneh, namun yang pasti aku mengerti jika perkataan itu nyata. Hal yang lain paling menarik yang aku tidak mengerti sebelumnya, engkau memiliki belahan jiwa yang sejati dan aku hanya bisa tertawa

       Á            Jika ada keindahan tuhan yang bisa aku berikan maka itu adalah hal pertama yang sudah aku berikan padanya, secarik kertas dan pena pun menari diatasnya, tertulis kata yang penuh arti namun mengukir sebuah awal.

       Á            Kini aku mulai masuk kedunianya, melalui pertemuan yang sering ditemukan oleh takdir, dan seperti bom waktu yang entah kapan akan memberi kejutan, kita mulai akrab dan seraya kenal puluhan tahun, maka hati wanita hanya melihat dan menjauhi, ingin pergi dan menganggap itu sebagai hal biasa, namun Tuhan punya rencana di balik sebuah teratai yang hinggap di permukaan air

       Á            Malam di saat semua fokus untuk rapat, mencoba menulis coretan yang tak penting dalam bukunya, namun aku hanya ingin mengambarkan bagaimana sudut pandangku ketika melihat sang malaikat yang tersembunyi di balik wanita itu.

       Á            Keajaiban cinta adalah sesuatu yang kita percaya, bukan begitu sobat!. hanya karangan kata yang melihat arti dibalik ekspresi, namun taukah engkau bagian tubuh manusia yang paling biasa dan yang bisa membuat kita tertawa adalah wajah.

       Á            Senyum, tatapan mata itu semakin menggila, hal yang mungkin setiap manusia tidak mengerti... dari semua makna yang mengalir seperti angin..., namun percayalah bahwa tuhan tak pernah bohong kalau cinta itu bermula dari mata. Apakah kamu percaya bahawa sedikit dari kita tergoda dengan melihat karunia tuhan. hanya engkau yang mampu menafsirkan.

       Á            Taukah hal kecil yang dapat membuat hati wanita tersipu malu adalah dengan sedikit rayuan tulus. Jika anda tak percaya coba anda lakukan, dan jika tersimpul senyum kecil di wajahnya, maka anda mendapatkan hadiah seratus juta lebih yang tak ternilai

       Á            Maka disetiap perhatian yang diberikan bagi orang asing ini adalah hal yang ingin disampaikan dan tersirat indah dengan benang sutra yang melilit, dia tak melihat hal yang ganjal justru puas adalah kata yang identik dan tergambar jelas karena menghidupkan sayatan hati yang lama

       Á            Dan ketika wanita memberikan alasan kenapa tuhan menurunkannya ke dunia,  maka orang asing ini hanya tersenyum dan merasa nyaman akan dunia yang sedang ia lihat sekarang

       Á            Malam dimana semua orang berkumpul melihat lampion terbang, merah warna yang saat itu terlihat nyata adanya, maka tangan kanan dan tubuh tepat dibelakangnya semabari jari mengapit mawar putih yang penuh makna pemberian insan lain, ia memberikan tepat didepan wajahnya, sontak hanya senyum kecil dan harmonis yang tersirat dari wajahnya.dunia tak pernah seindah itu ketika engkau membayangkannya.

       Á            Setelah peristiwa itu, orang berkumpul saling berpasangan dan berfoto, cemburu adalah hal yang biasa bagi setiap orang. Cemburu adalah tanda bahawa perasaan ini nyata, dan ketika engkau melihat orang yang anda sayang bersama orang lain maka api-api kecil mulai membakar seisi hati. Tertawalah bagi para setan yang berhasil mencuri perhatianmu.

       Á            Masih diamalam yang sama, Tak lama dari malam itu hujan turun dengan derasa seakan semua jalan hening dan bergemericik menggoda sensitif tubuh untuk mengigil. Aku tidak mengerti apa yang dia rasakan, diam seketika dan hanyut dalam keheningan. Hening tanpa sepakata.. hanya tubuh yang ingin terbebas dari hujan yang membahasai. Dan ketika semua mulai usai seakan tatapan itu begitu nyata, dan aku mulai mengerti. Malam yang aneh.

       Á            Aku tak ingat hari yang indah seperti apa yang orang asing ini rasakan namun kebohongan perasaan yang selama ini menyelimutinya kini menjadi nyata, dan apakah itu salah? Jika dunia ini adil maka tak kan pernah ada sakit yang diderita setiap insan.

       Á            Maka terucapalah kata “bagaimana jika perasaan ini benar, dan aku suka engkau?” dan hanya keheningan yang di butukan senja untuk merajuk hati yang melilit.

       Á            Datanglah diamana datang seorang teman yang mulai dekat dengannya. apa rasa ini yang cobah menggangunya, api-api kecil itu muncul lagi, dan jika engaku mengetahuinya maka engaku pasti akan merasakannya juga

       Á            Maka seperti gibran katakan “Apabila cinta memanggilmu... ikutilah dia walau jalannya berliku-liku... dan, apabila sayapnya merangkulmu... pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu...”

       Á            Ingat kah dia, ketika aku menelpon dia dimalam hari, aku hanya ingin mendengarkan suara kecilnya. Dan ketika aku pulang, aku melihat malaikat tersembunyi yang sedang terjaga, sungguh hal yang membuat setiap orang iri. Selamat tidur malaikat kecil

       Á            Pagi dimana semua orang bingung untuk sebuah pertunjukan besar, engkau bertanya pada ku “kenapa kamu tidak bingung seperti yang lain?, justru masih bisa tersenyum?” maka aku menjawab “ketahuilah bahwa hidup ini susah kenapa kita harus buat susah, jalani dengan senyuman dan semua akan baik-baik saja” dan maka aku melihat senyum kecil itu kembali.

       Á            Malam terakhir, malam yang gila. Permainan yang menjebak hati dan perasaan. Aku jujur sejujurnya semua jawaban itu jujur meski terkadang insan akan sakit bila berkata jujur.

       Á            Malam itu semua tertidur dan aku mulai menerka isi hatimu mencoba memahami, meski beberapa orang disamping kita.

       Á            Dan malam semakin larut, hanya menyisahkan kita berdua. Aku pernah mendengar sebuah pepatah “sama seperti perahu aku tak tau dimana hati ini akan berlabuh...”

       Á            Malam yang indah yang hanya kita nikmati berdua, entah fikiran yang menggerakkaan hati atau naluri cinta ini yang mendorong keinginan, tangan ini hanya bisa menyentuh pipi dan ujung bibirmu.

       Á            Maka tataplah aku agar kau tahu betapa cantiknya dirimu

       Á            Engkau adalah malaikat yang tersembunyi yang membuat impianku menjadi kenyataan malam ini.

       Á            Pagi yang buta saat semua terjaga dalam mimpinya, hal yang terindah yang pernah aku lakukan adalah ketika aku menculik dirimu

       Á            Dan hal yang paling indah lainnya adalah bahwa kau dan aku berjalan bersama dalam keindahan dunia ini tanpa diketahui orang lain

       Á            Maka menatap mentari diufuk timur adalah saksi dimana kita pernah disana dan meski awan menutupinya hanya masalah waktu sampai cahayanya mengenai permukaan bumi. Itulah alasan mengapa aku menyukai mentari

       Á            Langkah kecil yang imut sejengkal demi sejengkal menapaki jalan, terhenti ketika semua larut dalam perasaan yang benar “nan, aku sayang kamu” lirih kata

       Á            “aku juga sayang kamu”

       Á            Maka isi hati ini tak kan mungkin bohonng, bahwa mata ini telah jatuh cinta pada pandangan pertama ketika kita pertama berjumpa.

       Á            Apakah salah yang dirasakan orang asing ini? Mencintai seseorang yang bukan miliknya dan mereka saling menyayangi. Dan alam tak pernah merubah musimnya. Tak butuh pelangi untuk mengindahkan dunia , hanya mentari di pagi hari dan senja disore hari sudah dapat menghamparkan warnah dunia

       Á            Maka dengan mata yg tak sepenuhnya ikhlas orang asing ini melihat kepergian cintanya bagitu saja.

       Á            Lalu siapakah dirimu..? yang telah menjadi inspirasi dalam tulisanku..? mengikatkan erat ke jemariku dan menorehkan bait-bait kata dalam pujian

       Á            Siapakah dirimu ...? yang telah menjadi bahasa dalam syairku ... yang terus menuai dalam fikiran ku... mengajak ku bermimpi tentang sebuah rasa

       Á            Untuk apa semua ini

       Á            Apakah hadirmu untuk mematikanku?? Atau mereka

       Á            Lalu

       Á            Siapa diriku??

       Á            Sore dimana berlalu lalang untuk berlomba membuka karunia tuhan, sore menjelang malam adalah waktu makan berdua... mungkin hari terakhir yang pernah kita  lalui.

       Á            Dan di teras itu orang asing dengan bodohnya hanya tersenyum pasif menerka isi hati yang kosong membuat lubang didada

       Á            Hanya mengucapkan kata “selamat ketemu kembali 3 bulan yang akan datang” namun ketahuilah itu bohong hanya ucapan kata,  yang sebenarnya “aku akan kehilangan dirimu. Aku tak dapat menjalani hidup tanpamu”

       Á            Putaran waktu itu bergerak cepat, mengulang memori hanya menambah beban didada.

       Á            Siapakah diriku? Jawaban itu baru aku ketahui “kamu adalah orang asing” jawab alam semesta

       Á            Maka meski jarak memisahkan, dan terkadang telpon adalah pelepas lara rindu, namun ada sekat yang memisah. Cinta yang tak mungkin

       Á            Sedikit demi sedikit, hanya masalah waktu agar semua kembali seperti semula, terlupa oleh masa

       Á            Gibran pernah berkata “lepaskanlah, kepakkan sayapmu dan terbanglah yang tinggi”

       Á            Siapakah aku?

       Á            Aku adalah orang asing

       Á            Yah.... aku berbahaya untukmu

       Á            Cinta itu memang buta, namun jangn sampai ia membutakan logikamu

       Á            Jika tuhan mempertemukan orang asing ini lebih cepat dari takdir yang menetap, mungkin semua akan berubah

       Á            Orang asing ini hanya mampu berkata “terimah kasih atas kenangan indah yang pernah ku jalani bersamamu, tapi maaf aku mencintaimu, berbahgialah. Karena aku disini selalu menunggumu”

No comments:

Post a Comment